Monday, 23 September 2013

Sejarah Unit Pengolahan di Serdang Bedagai - Oleh Aquafarm Nusantara

Aquafarm Nusantara


Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang perikanan air tawar terintegrasi, Aquafarm Nusantara menghasilkan produk berupa ikan fillet yang dibekukan. Ikan segar yang didatangkan dari unit pembesaran diproses menjadi ikan fillet di Unit Pengolahan untuk kemudian dikemas dan dikirim ke beberapa negara tujuan ekspor, seperti  Amerika  Serikat,  Eropa,  dan  lainnya. Saat ini, Aquafarm Nusantara telah memiliki dua Unit Pengolahan. Unit Pengolahan pertama berada di Semarang, Jawa Tengah, mengolah hasil produksi  dari unit-unit  pembesaran di Wunut, Wonogiri, Wadaslintang dan Kedung Ombo. Unit Pengolahan  kedua  berada  di Desa  Naga Kisar, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang   Bedagai   (Sergai),   Sumatera   Utara. Unit Pengolahan Sergai merupakan bagian dari program pengembangan usaha dari unit di Semarang,   seiring  dengan  unit  pembenihan dan   pembesaran   yang   telah   dikembangkan sebelumnya di lokasi yang sama.



Dari Jawa ke Sumatera
Manager    Unit   Pengolahan    di   Sergai,    Pak Gitoyo menuturkan kisahnya kepada Redaksi tentang bagaimana ia bersama anggota tim lainnya berjuang membangun Unit Pengolahan di Sergai. Saat itu, 21 karyawan dari Jawa, termasuk Pak Gitoyo, ditugaskan untuk memberikan Pelatihan (Training) di Sergai. Masing-masing dari anggota tim memiliki keahlian yang berbeda-beda, seperti filleting, trimming, dan packing. Mereka berangkat dari Jawa melalui jalur darat pada 14 Agustus 1998.
Dengan  membawa   berbagai  peralatan   kerja dan alat pengolahan sederhana yang hampir sama dengan peralatan dapur, seperti ember, talenan, dan lainnya. Mereka berangkat ke Sumatera  dengan  menumpang  bus ALS. Karena melihat banyaknya peralatan yang dibawa, sopir bus ALS sempat protes karena peralatan  tersebut  dinilainya  akan  membuat bus  jadi  penuh  sesak.  Hal  tersebut  akhirnya bisa diatasi, dan bus pun berangkat dengan menempuh perjalanan selama 3 hari 3 malam. Setelah menempuh perjalanan panjang yang melelahkan,  akhirnya  tim  perintis  ini  tiba  di Unit Sergai pada pukul 03.00 dini hari.
Turun  dari  bus,  Pak  Gitoyo  yang  ketika  itu masih berusia 22 tahun langsung masuk ke ruang      processing      yang      sebelumnya - merupakan pabrik pengolahan udang. Dengan rasa ingin tahu yang besar, Pak Gitoyo menyusuri seluruh ruangan, setelah tiga jam berkeliling, ia tersesat di dalamnya. Beruntung, sinar   matahari    pagi   menuntunnya    menuju pintu keluar, dan Pak Gitoyo pun bisa kembali berkumpul dengan rombongan.

Proses PersiapanAktivitas awal mereka hanya difokuskan pada pembersihan lokasi yang telah sekian tahun ditinggalkan. Banyak kisah menarik ketika mereka  sedang melakukan  pembersihan lokasi. Karena semak belukar yang tinggi menjulang mengelilingi bangunan tersebut, Suparno, salah seorang anggota tim perintis yang saat ini berada di Semarang, menyatakan bahwa  ia sempat menemukan ular kobra  dan jenis    hewan    lainnya   ketika    membersihkan lokasi tersebut.
“Angkernya” situasi awal di sana, membuat beberapa karyawan sering kesurupan ketika sedang  bekerja.  Kondisi  tersebut  bertambah tegang   ketika   mereka   menemukan   banyak
sarang burung hantu di bagian dalam ruangan. “Ketika lampu dihidupkan, ada banyak burung hantu di dalamnya,” ujar Gitoyo menceritakan pengalamannya.
Aquafarm Nusantara yang kala itu masih bermitra dengan PT Global merekrut tenaga lokal sebanyak 32 orang.  Mereka  inilah  yang  kemudian  dilatih agar terampil mengolah ikan oleh Tim Training. Setelah tugasnya selesai, 7 orang Tim Training memilih bertaha
kembali ke Jawa.


Keterbatasan Bukan Halangan

Saat itu proses pengolahan dilakukan hanya dengan menggunakan peralatan seadanya dan jumlah tenaga  kerja  yang  tersedia  pun  masih kurang seimbang jika dibandingkan dengan kebutuhan perusahaan. Dengan keterbatasan ini, terkadang para karyawan harus bekerja hingga malam hari. Karena alasan itulah, dan ditambah jarak tempat tinggal yang saling berjauhan, setiap harinya mereka selalu diantar pulang dengan menggunakan kendaraan perusahaan ke rumahnya masing-masing. Walaupun begitu Unit Pengolahan Sergai kala itu mampu mengolah bahan baku sebanyak 1,5 ton   ikan   per   hari.   Setelah   memasuki   masa enam bulan produksi, Unit Sergai akhirnya berhasil mengekspor 1 kontainer fillet ikan nila dengan bobot 18,88 ton.
Selain keterbatasan  tenaga  kerja  dan teknologi, kendala lain yang dihadapi pada saat itu adalah ketidakseimbangan antara pasokan ikan dengan kebutuhan produksi di Unit Pengolahan. Beberapa kali perusahaan pernah meliburkan karyawannya karena kosongnya pasokan ikan.
“Pernah  tiga  bulan kita  libur,  setelah berproduksi  selama tiga bulan pertama” ucap Pak Gitoyo.




Ikan nila yang sudah selesai diolah dan siap dikemas untuk ekspor.


Namun, kendala tersebut dapat segera diatasi seiring dengan program pengembangan usaha yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Unit Pengolahan Sergai yang pada awalnya hanya mampu menghasilkan fillet ikan nila dalam skala kecil, saat ini jumlah ekspornya sudah mencapai 45 kontainer per bulan. Pertumbuhan juga dapat dilihat dari jumlah karyawan di Unit Pengolahan Sergai yang pada awalnya hanya diisi kurang dari seratus orang, saat ini jumlahnya sudah 3.358  orang. Jumlah karyawan di Unit Pengolahan merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan unit
pembenihan,    unit   pembesaran    dan   pabrik pakan.  Proses  pengembangan  yang  dilakukan Aquafarm Nusantara pun tidak hanya berpusat di wilayah operasi Sumatera Utara saja. Untuk kepentingan   peningkatan   produksi,   saat   ini Unit  Pengolahan   di  Semarang   juga   sedang dalam proses pembangunan.

Tim perintis Aquafarm Nusantara telah membuktikan bahwa melalui kegigihan usaha serta inovasi tiada henti, maka keberhasilan akan dapat diraih, walaupun tidak dengan mudah. Tim perintis yang tak kenal lelah telah menorehkan tinta perjuangan bersama Aquafarm Nusantara. Sebagai salah satu anggota tim perintis, Pak Gitoyo memiliki  motto dalam hidupnya,  ”Yakin pada mimpi  dan  usaha  sendiri,  serta  lakukan  yang terbaik”


No comments:

Post a Comment